6 Juta Ton Konsumsi Terigu Nasional per Tahun

Tepung terigu adalah bubuk yang terbuat dari penggilingan gandum yang digunakan untuk bahan makanan manusia. Selain beras, sagu, dan jagung, yang merupakan bahan makanan utama masyarakat Indonesia, mereka juga menggunakan tepung terigu untuk membuat berbagai jenis makanan tambahan atau penganan, seperti roti, kue, biskuit, maupun mie. Karena itu wajar jika Konsumsi Terigu Nasional per Tahun 6 juta Ton.

Karena terbuat dari gandum, tepung terigu mengandung gluten, yaitu salah satu jenis protein yang terdapat di dalam gandum dan jelai. Gluten sendiri ada yang keras dan ada yang lunak. Gluten keras terdapat pada tepung terigu untuk bahan roti, sedangkan gluten lunak terdapat pada tepung untuk kue.

Perkembangan Produksi Tepung Terigu

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), jumlah produsen tepung terigu tercatat sekitar 30 perusahaan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Perinciannya, sebanyak 26 Flour Mills berada di Pulau Jawa, dan sisanya 4 Flour Mills berada di luar Pulau Jawa. Dari sejumlah perusahaan tersebut didapati total kapasitas produksi giling gandum  sekitar ± 10,3 juta ton per tahun.

Produsen Tepung Terigu

Perusahaan produsen tepung terigu di Indonesia yang rutin melakukan produksi, diantaranya adalah PT. ISM Bogasari Mills (Jakarta, Surabaya), PT. Eastern Pearl Flour Mills (Makassar), PT. Sriboga Flour Mills (Semarang), PT. Panganmas Inti Persada (Cilacap), PT. Cerestar Flour Mills (Banten), PT. Golden Grand Mills (Banten), dan PT Bungasari Flour Mills Indonesia (Jakarta).

Berikutnya, PT. Fugui Flour & Grain Indonesia (Gresik), PT. Purnomo Sejati (Sidoarjo), PT. Asia Raya (Sidoarjo), PT. Berkat Indah Gemilang (Tangerang), PT. Jakaranatama (Medan), PT. Pakindo Jaya Perkasa (Sidoarjo), PT. Pundi Kencana (Cilegon), PT. Lumbung Pangan Nasional (Cibitung Bekasi), dan PT. Halim Sari Gandum (Medan).

Produksi Tepung Terigu

Menurut data Pusdatin Kementerian Pertanian, pada 2014 produksi terigu di dalam negeri mencapai 4,80 juta ton per tahun ditambah impor 223 ribu ton, sehingga ketersediaan menjadi 5,02 juta ton. Lalu pada 2015 meningkat tipis menjadi 4,83 juta ton ditambah impor 223 ribu ton, total ketersediaan sebesar 5,05 juta ton. Berikutnya, tahun 2016 meningkat lagi menjadi 4,86 juta ton ditambah impor 223 ribu ton, total ketersediaan 5,08 juta ton. Dan pada tahun 2017 juga meningkat lagi menjadi 4,88 juta ton ditambah 223 ribu ton, total ketersediaan 5,10 juta ton.

Selanjutnya, menurut data Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian produksi tepung terigu Indonesia pada 2018 mencapai 6,54 juta ton. Sedangkan pada 2019 sebesar 6,90 juta ton, atau ada pertumbuhan sekitar 5%. Sementara pada 2020 karena adanya Pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi dunia diperkirakan menurun tajam sekitar 7,83% menjadi 6,36 juta ton. Dimana banyak terjadi penyesuaian kapasitas pekerja akibat social distancing, sehingga kapasitas produksi juga disesuaikan. Ditambah lagi menurunnya daya beli masyarakat secara luas.

Impor Tepung Terigu

Karena bahan utama tepung terigu adalah gandum, sedangkan di negara kita tidak ada tanaman gandum, maka langkah yang dilakukan adalah mengimpor gandum dari negara-negara penghasil gandum. Terdapat lima negara penyuplai gandum terbesar ke Indonesia menurut catatan USDA (United States Development of Agriculture), yakni Australia, Kanada, Ukraina, Amerika Serikat, dan Rusia.

Pada tahun 1968 silam Indonesia hanya mengimpor tepung terigu dengan jumlah relatif kecil, yaitu 390.000 ton. Pada tahun 1990 impor gandum telah mencapai 1,7 juta ton. Tahun 2010 naik menjadi 5,0 juta ton; dan pada tahun 2017 yang lalu impor gandum telah mencapai angka 11,43 juta ton. Sungguh suatu peningkatan jumlah yang sangat fantastis.

Secara nilai, impor gandum telah mencapai 2,65 miliar USD pada tahun 2017.  Jika dikonversi ke rupiah dengan asumsi kurs 15.000 rupiah per dolar AS, maka devisa yang terkuras untuk mengimpor satu komoditas saja sebesar 39,75 triliun rupiah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor gandum mengalami tren kenaikan selama lima tahun terakhir dengan rata-rata kenaikan sebesar 11,56% per tahun. Pada tahun 2014, volume impor gandum sebesar 7,43 juta ton dengan nilai sebesar 2,39 miliar USD. Lalu pada 2015 sebesar 7,41 juta ton dengan nilai 2,08 miliar USD. Sementara sepanjang 2016 meningkat sebesar 42% mencapai 10,53 juta ton, dengan nilai 2,41 miliar USD.

Selanjutnya, pada 2017 volume impor gandum menjadi 11,43 juta ton dengan nilai sebesar 2,65 miliar USD. Kemudian tahun 2018 sempat turun menjadi 10,19 juta ton dengan nilai 2,57 miliar USD. Adapun tahun 2019 impor gandum kembali meningkat menjadi sekitar 10,69 juta ton dengan nilai sekitar 2,95 miliar USD. Sedangkan pada 2020 karena adanya Pandemi Covid-19 diperkirakan turun 4,77% menjadi 10,18 juta ton dengan nilai sekitar 2,29 miliar USD.

Pemasok Gandum 

Australia menjadi negara pemasok terbesar gandum ke Indonesia. Berdasarkan data BPS, impor gandum dan meslin yang berasal dari Negeri Kanguru pada 2017 mencapai 5,10 juta ton atau sebesar 44,64% dari total. Sementara impor terbesar kedua dari Ukraina sebesar 2,42 juta ton pada 2018, dan ketiga berasal dari Kanada sebesar 1,97 juta ton. Berikutnya, keempat dan kelima berasal dari Rusia dan Amerika Serikat, masing-masing sebesar 1,23 juta ton dan 0,90 juta ton pada tahun 2018. Pada 2020 impor gandum dari kelima negara tersebut cenderung meningkat tipis meski memasuki pandemi corona, kecuali impor dari Australia yang stagnan.

Tingkat Konsumsi Tepung Terigu Domestik

Konsumsi tepung terigu di Indonesia terus meningkat sejalan dengan tumbuhnya konsumsi mie instan, roti, biskuit dan cookies. Hampir 95% makanan berbahan baku tepung terigu sebenarnya adalah jenis makanan “introduksi”, bukan makanan asli Indonesia.

Menurut data, konsumsi tepung terigu nasional pada tahun 2010 tercatat sebesar 4,41 juta ton atau naik sekitar 11% dibanding tahun 2009. Pada tahun 2011 tercatat 4,27 juta ton dan naik sekitar 7,10% dari tahun 2010. Kemudian tahun 2012 konsumsi tepung terigu juga mengalami kenaikan sebesar 8,90% dengan jumlah  5,14 juta ton. Pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,36 juta ton atau naik sekitar 4,10% dibanding tahun 2012. Pada tahun 2014 naik dengan persentase 5,10% atau 5,63 juta ton.

Pada tahun 2015 jumlah konsumsi sebanyak 5,51 juta ton dan turun sebesar 2,20% dari tahun sebelumnya. Konsumsi tepung terigu nasional tahun 2016 mencapai 5,80 juta ton atau naik sekitar 5,30% dibanding tahun 2015. Namun, pada 2017 konsumsi nasional tumbuh  6,41% menjadi 6,17 juta ton, dan berlanjut pada 2018 dimana pertumbuhannya mencapai 5,99% atau sebesar 6,54 juta ton. Sedangkan konsumsi tepung terigu nasional hingga akhir 2019 mencapai 6,90 juta ton, hanya pertumbuhannya mulai menurun. Jumlah ini akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Sebanyak 99,96% dari konsumsi tersebut ditunjang oleh produksi tepung terigu dalam negeri. Sementara itu, sebanyak 0,04% dari konsumsi ditopang oleh pasokan tepung terigu impor yang berasal dari Argentina, Kanada, Ukraina, Australia, dan lain-lain.

Pengguna Tepung Terigu

Pengguna tepung terigu dari kategori industri besar dan modern terdiri dari 200 perusahaan dengan konsumsi tepung terigu sebesar 32% dari total konsumsi tepung terigu nasional. Sedangkan pengguna tepung terigu kategori kecil dan menengah terdiri dari 30.000 UMKM dengan konsumsi tepung terigu sebesar 63% dari total konsumsi tepung terigu nasional. Sementara konsumen rumah tangga mengkonsumsi tepung terigu sebesar 5% dari total konsumsi tepung terigu nasional.

Sedangkan jenis produk akhir yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku adalah mie basah yang menggunakan 30% dari keseluruhan konsumsi tepung terigu nasional, disusul roti 25%, mie instant sebesar 20%, biskuit dan makanan ringan 15%, makanan gorengan 5% dan rumah tangga 5%.

Lalu berapa tingkat konsumsi tepung terigu per kapita? Data Aptindo menunjukkan, konsumsi terigu nasional meningkat dari 15,5 kilogram (kg) per tahun per kapita pada 2008, menjadi 25 kg dalam sepuluh tahun kemudian, pada 2018.

Kinerja Ekspor Terigu Indonesia

Berdasarkan data yang diolah oleh Pustadin Kementan, volume ekspor tepung terigu Indonesia mencapai 55.330 ton pada 2017. Hal ini terjadi penurunan 0,52% bila dibanding dengan volume ekspor pada 2016 yang tercatat 57.523 ton. Sedangkan volume ekspor tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 0,53% dari tahun 2015 yang sebesar 59.716 ton. Kinerja ekspor tahun 2015 itu juga lebih baik dibanding dua tahun sebelumnya, yaitu 2013 dan 2014, yang masing-masing membukukan volume sebesar 68.000 ton.

Namun demikian, angka ekspor tepung terigu Indonesia dari tahun 2009 – 2017 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Tahun 2009 volume ekspor tepung terigu Indonesia masih berkisar 33 ribu ton, angka ekspor tepung terigu ini naik pesat sebesar 67,67%, sehingga pada tahun 2017 volume ekspor tepung terigu menjadi 55,3 ribu ton.

Pesaing Ekspor Indonesia

Indonesia bersaing ketat dengan Vietnam karena memiliki harga jual tepung terigu di kisaran yang hampir sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun negara Indonesia bukan negara produsen gandum, namun posisi Indonesia dalam peta persaingan industri tepung terigu maupun industri turunannya sudah sangat diperhitungkan.

Indonesia merupakan pemasok atau eksportir tepung terigu yang cukup besar untuk Asia Timur. Indonesia juga memasok tepung terigu ke beberapa negara tetangga, seperti Filipina, Singapura, Korea Selatan, Myanmar, Thailand, Timor Leste, Papua Nugini, dan lain-lain.

Benang Merah

Tingkat produksi tepung terigu nasional pada tahun 2019 mencapai 6,90 juta ton, sementara pada tahun 2020, karena adanya Pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi dunia, diperkirakan menurun sekitar 7,83% menjadi 6,36 juta ton. Meski begitu, tingkat konsumsi tepung terigu tidak turun, tetap di seputaran angka 6,90 juta ton juga. Indonesia juga termasuk eksportir tepung terigu untuk pasar Asia Timur dan Asia Tenggara (ASEAN). Volume ekspor tepung terigu Indonesia mencapai 55.330 ton pada 2017.

Dari tahun 2009 hingga 2017 volume ekspor terigu Indoensia menunjukkan peningkatan yang signifikan, yakni 67,67% atau rata-rata tumbuh 9,67% per tahun. Sayangnya, setelah terjadi perseteruan antar dua negara di laut hitam, pasokan gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu menjadi tersendat. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah berinisiatif untuk menggalakkan penanaman sorgum atau meningkatkan produksi sorgum di Indonesia, sebagai substitusi gandum. Dengan harapan, industri makanan-minuman (mamin) dalam negeri yang membutuhkan pasokan tepung terigu tetap dapat berproduksi secara normal. (dezete)

 

About Dezete

Sebagai Pemimpin Redaksi berita.biz.id beliau merupakan seorang Jurnalis Senior. Beliau mengawali karir jurnalistiknya pada tahun 1995 di Majalah UMMAT Jakarta. Pernah menjadi Redaktur Pelaksana Tabloid AMANAT NASIONAL, Redaktur Majalah KOMODITAS. Kemudian, menjadi Redaktur Tabloid ABSOLUT dan menjadi Editor Freelance Penerbit PUSTAKA HIDAYAH. Juga pernah menjadi Editor majalah FORTUNE Indonesia, Kelompok Kompas Gramedia (KKG).

Check Also

Perbedaan Inggris Raya, Britania Raya, dan Inggris

Seringkali saat negara Inggris dibahas, akan dijumpai tiga nama yang sebutannya mengindikasikan negara tersebut. Yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *