Sejak perseteruan dua negara laut hitam, 24 Februari 2022 lalu, harga komoditas gandum makin menanjak dan pasokannya di dalam negeri tersendat. Maklum, dua negara itu adalah pemasok 34,1% kebutuhan gandum dunia. Sehingga puluhan negara, termasuk Indonesia dibuat kelimpungan dan tak berdaya kala pasokan seret karena besarnya kebutuhan gandum dalam negeri.
Apalagi negara-negara produsen gandum lainnya, seperti Khazakhstan, Kirgistan, India, Afganistan, Aljazair, Kosovo, dan Serbia melakukan pelarangan ekspor gandum, dengan alasan untuk mengamankan atau memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya.
Alhasil, Indonesia sebagai negara pengimpor gandum atau tepung gandum terbesar di dunia dibuat kelimpungan dengan situasi saat ini. Mengingat, kebutuhan tepung terigu, yang terbuat dari bahan gandum, untuk kebutuhan rumah tangga dan industri dalam negeri sangat besar. Gandum merupakan salah satu komoditas yang banyak digunakan untuk bahan baku roti, mie dan makanan lainnya.
Tingkat Konsumsi Terigu per Kapita
Menurut data, tingkat partisipasi konsumsi terigu oleh penduduk Indonesia mencapai 28,66% pada 2015, naik menjadi 36,48% pada 2020. Pada 1987 konsumsi terigu per kapita per tahun masih 1,05 kg, naik jadi 2,64 kg pada 1996, dan meledak menjadi 17,1 kg pada 2020. Jadi, hanya dalam 33 tahun konsumsi terigu meledak 16 kali lipat.
Di Indonesia, menurut Khudori, pengamat ekonomi pertanian dari Unej Jember, tidak ada jenis pangan lain yang mengalami ledakan sebesar konsumsi terigu. Konsekuensinya, impor gandum meledak tak ketulungan. Dari hanya 1,8 juta ton pada 1987, menjadi 11,69 juta ton pada 2021 (naik 6,5 kali lipat) senilai Rp54 triliun. Tak sedikit devisa yang melayang setiap tahunnya hanya untuk mendatangkan gandum.
Gandum Menempati Posisi Kedua Setelah Beras
Seiring terigu yang kian perkasa, struktur diet makan warga pun berubah: gandum menempati posisi kedua setelah beras, menyalip singkong, jagung, dan pangan lokal lain.
Yang mengejutkan, tiap peningkatan 1% pendapatan warga Indonesia ternyata pengeluaran konsumsi pangan yang dibuat dari gandum meningkat di kisaran 0,44-0,84%. Sebaliknya, konsumsi beras tergerus (Fabiosa, 2006).
Hal ini, masih kata Khudori, menegaskan bahwa perlahan-lahan konsumsi beras mulai tergantikan gandum, yang notabene komoditas impor. Konsumsi beras perkapita per tahun pada pada 2015 masih 96,9 kg, turun menjadi 94,0 kg pada 2020.
Berapa Impor Gandum di Tahun 2022?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), karena besarnya kebutuhan gandum dalam negeri, impor gandum dan meslin (tepung gandum) Indonesia sepanjang Januari-Mei 2022 mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$ 1,65 miliar.
Impor gandum Indonesia terbesar, seperti dikutip dari Katadata, berasal dari Australia, yakni mencapai 1,57 juta ton dengan nilai US$ 585,6 juta dalam 5 bulan pertama tahun ini. Volume impor gandum Indonesia dari Negeri Kanguru tersebut mencapai 36% dari total impor.
Negara asal impor gandum Indonesia terbesar berikutnya adalah Argentina, yakni seberat 1,41 juta ton senilai US$ 497 juta. Diikuti Kanada dengan volume mencapai 572,6 ribu ton senilai US$ 276,14 juta.
Ada pula impor gandum Indonesia yang berasal dari Brasil seberat 594,26 ribu ton senilai US$ 211,24 juta, dari India mencapai 115,86 juta ton senilai US$ 40,47 juta, serta impor gandum dari negara lainnya sebesat 98,15 ribu ton dengan nilai US$ 36,9 juta.
Selain itu, Indonesia juga impor tepung gandum dan meslin seberat 26,9 ribu ton senilai US$ 10,84 juta ton pada 5 bulan pertama tahun ini. Impor tepung gandum dan meslin tersebut terbesar berasal dari India, yakni mencapai 22,97 ribu ton dengan nilai US$ 8,95 juta.
Sementara itu pada periode Januari-Juli 2022 impor biji gandum dan meslin meningkat sebanyak 5,5 juta ton. Angka tersebut turun dibandingkan impor biji gandum dan meslin periode yang sama tahun lalu sebanyak 6,2 juta ton. Sementara impor biji gandum dan meslin bulan Juli 2022 mencapai 604 ribu ton.
Impor Gandum Tahun 2021
Tahun 2021 lalu, berdasarkan laporan Trademap, sepanjang 2021 Indonesia mengimpor gandum dan meslin dari Australia senilai US$ 1,47 miliar. Angka itu melonjak 515% dibandingkan nilai impor tahun 2020 yang hanya sebesar US$ 239,84 juta.
Berdasarkan kuantitasnya, besarnya kebutuhan gandum dalam negeri, volume gandum dan meslin yang diimpor juga meningkat dari 830,83 ribu ton pada 2020 menjadi 4,69 juta ton pada 2021. Sebelumnya, nilai impor gandum dan meslin Indonesia dari Australia terus menurun selama periode 2017-2020 seperti terlihat pada grafik.
Adapun di tahun 2022 pemerintah Indonesia dan Australia sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam ketahanan pangan, termasuk dalam perdagangan komoditas gandum yang terimbas perseteruan dua negara balkan.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo usai menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada 5 Juni 2022 lalu
“Penting bagi kita untuk memperkuat ketahanan pangan. Kita membahas upaya keberlanjutan rantai pasok pangan termasuk gandum di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini,” kata Presiden Jokowi dikutip dari Antara.
Pengimpor Gandum Terbesar di Dunia
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), karena karena besarnya kebutuhan gandum dalam negeri, maka Indonesia menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia. Indonesia tercatat mengimpor sebanyak 10,29 juta ton gandum pada 2020.
Negara importir gandum terbesar kedua adalah Turki sebesar 9,65 juta ton, diikuti Mesir dan Tiongkok dengan impor gandum masing-masing 9,04 juta ton dan 8,15 juta ton.
Italia menduduki posisi berikutnya dengan impor gandum sebesar 7,9 juta ton. Lalu, Aljazair mengimpor gandum sebesar 7,05 juta ton.
Adapun, impor gandum secara global tercatat sebesar 117,3 juta ton pada 2020. Jumlah tersebut naik 3,9% dibandingkan pada 2019 yang sebesar 112,8 juta ton.
Produsen Mie Instant Terbesar di Dunia
Besarnya angka impor gandum Indonesia tersebut karena Indonesia merupakan salah satu produsen mie instant terbesar dunia. Namun, Indonesia masih mengimpor bahan baku mie instant, yakni gandum dalam bentuk bulir atau tepung (meslin), dalam jumlah besar setiap tahunnya.
Berdasarkan data BPS, sepanjang 2021 impor tepung gandum Indonesia mencapai 31,34 ribu ton dengan nilai total US$ 11,81 juta.
Dari jumlah tersebut, seberat 19,9 ribu ton diimpor dari India dengan nilai US$6,76 juta. Dengan demikian, 63,49% impor tepung gandum Indonesia berasal dari Negeri Bollywood.
Impor tepung gandum terbesar Indonesia berikutnya berasal dari Vietnam, yakni seberat 4,67 ribu ton (14,9%) dengan nilai US$ 1,97 juta. Diikuti Korea Selatan dengan berat 3,95 ribu ton (12,59%) senilai US$1,63 juta.
Setelah itu ada Singapura dengan dengan volume impor 1,01 ribu ton (3,23%) senilai US$ 0,54 juta. Kemudian Jepang seberat 0,74 ribu ton (2,35%) senilai US$0,55 juta.
Sedangkan impor tepung gandum Indonesia dari negara-negara lainnya mencapai 1,08 ribu ton (3,44%) dengan nilai US$ 0,36 juta.
Pasokan Gandum Dunia Sedang Langka
Akibat perseteruan yang terjadi antara dua negara balkan, pasokan gandum dunia menjadi langka terkena dampaknya. Hal ini dimaklumi, mengingat 34,1% kebutuhan gandum dunia dipasok oleh kedua negara di Eropa Timur tersebut. Karena langka, maka menyebabkan harga komoditas gandum naik tajam. Dalam sebulan pertama (Maret 2022), harga gandum dunia telah meningkat sekitar 24%.
Kelangkaan dan kenaikan harga gandum tersebut tentu saja membuat pusing dan kelimpungan negara-negara pengimpor gandum dan meslin (tepung gandum), seperti Indonesia. Apalagi Indonesia adalah negara pengimpor gandum terbesar di dunia. Impor gandum dan meslin Indonesia sepanjang Januari-Mei 2022 mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$ 1,65 miliar. Bahkan hingga bulan Juli 2022 mencapai 5,51 juta ton.
Untuk mengamakan pasokan gandum di dalam negeri, pemerintah Indonesia telah menjalin/memperkuat kerja sama dalam ketahanan pangan dengan pemerintah Australia, selaku produsen gandum. Lebih dari itu, pemerintah mulai serius mengembangkan komoditas sorgum di tanah air sebagai substitusi gandum. (dezete)