Cordoba, Bukti Kejayaan Islam di Eropa

Terletak di sebelah barat Spanyol, Cordoba adalah sebuah kota cantik di Andalusia. Cordoba berdiri di sepanjang tebing sungai Guadaquivir. Selama berabad-abad Cordoba merupakan pusat pemerintahan dan politik Andalusia.

Sejarah perabadan Islam di Cordoba Spanyol dimulai pada tahun 169 SM. Dahulu kota ini bernama Hibribad dibangun oleh kekaisaran Romawi. Cordoba begitu terkenal setelah menjadi ibukota kekaisaran Romawi dibawah pimpinan Kaisar Loteo. Julius Caesar, salah seorang panglima Romawi juga sempat menaklukkannya pada tahun 45 M.

Dibawah Kekuasaan Islam

Lima abad setelah Cordoba berada dibawah kekuasaan Bizantium saat pemerintahan Raja Goth Barat, Cordoba memasuki era baru ketika Islam datang ke wilayah Eropa pada tahun 711 Masehi atau pada tahun 93 Hijriyah. Dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad tentara Islam dari Dinasti Umayyah yang membawa misi dakwah berhasil merebut kota Cordoba dan wilayah Spanyol dari kekuasaan Kekaisaran Visigoth.

Penaklukan Cordoba oleh pasukan Thariq bin Ziyad dilakukan atas perintah Musa bin Nushair, seorang gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Walid I pada tahun 705 – 715 Masehi dari Dinasti Umayyah. Selain Cordoba, tentara Islam juga menguasai wilayah lain di Spanyol, seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Elvira.

Ibukota Kekhalifahan Dinasti Umayyah

Cordoba menjadi ibukota kekhalifahan Dinasti Umayyah di pengasingan, setelah pusat kekhalifahan yang sebelumnya berada di Damascus Syuria dikalahkan oleh Dinasti Abbasiyah. Cordoba dipilih sebagai pusat kekuasaan Dinasti Umayyah sejak pemerintahan Abdul Rahman ad-Dakhil atau Abdul Rahman I.

Kala itu Cordoba menjadi kota yang diperhitungkan dan menjadi saingan Baghdad, pusat kekuasaan Bani Abbasiyah. Para ilmuwan, cendekiawan, filsuf, berkumpul di sana untuk ambil bagian dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang mendapat dukungan penuh dari sang khalifah. Tradisi pengembangan ilmu pengetahuan ini terus berlanjut hingga setelah Khalifah Abdul Rahman I wafat.

Kota Paling Maju di Eropa

Bahkan di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III, yakni pada abad ke-10, Cordoba menjadi kota yang paling maju di Eropa. Rakyat menikmati berbagai hasil pembanguan dan fasilitas yang dibangun khalifah, seperti jalan yang lebar dan bersih, air yang melimpah mengalir ke rumah-rumah penduduk, lampu penerangan jalan umum (PJU) yang ada dimana-mana, taman kota yang bertebaran. Juga ketersediaan makanan, pakaian, dan obat-obatan yang berlimpah.

Sehingga saat itu Cordoba boleh dibilang sebagai negeri yang gemah-ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Bangunan permukiman warga, ratusan masjid, kompleks pemandian umum, pusat ekonomi/pasar, dan istana khalifah tertata dengan rapih. Jumlah populasi penduduk Cordoba pada masa itu mencapai lebih dari setengah juta jiwa.

Masjid Agung Cordoba

Masjid Agung Cordoba menjadi satu-satunya bangunan bersejarah di Spanyol yang masih tersisa meskipun sudah tidak difungsikan lagi sebagai sebuah masjid. Di Cordoba sendiri, sudah hampir tidak ada bangunan megah yang tersisa, akan tetapi warisan ilmu pengetahuan dari masa kejayaan Islam dan peradabannya juga memiliki nilai yang tinggi.

Masjid Agung Cordoba atau dikenal Mezquita atau Masjid Katedral Cordoba ini pada awalnya adalah gereja peribadatan Visigon. Setelah berada dalam kekuasaan Islam Dinasti Umayyah kemudian sebagian bangunannya beralih fungsi menjadi masjid. Sedangkan sebagian lain masih menjadi gereja. Sayangnya pemerintahan Dinasti Umayyah yang pluralis tidak berlangsung lama.

Tadinya Gereja yang Dibeli

Pada tahun 784 Masehi Khalifah Abdul Rahman I membeli sebagian bangunan lain yang difungsikan sebagai gereja dan menjadikannya sebagai masjid pada tahun 787 Masehi. Pembangunan dan perluasan pun berlangsung hingga khalifah-khalifah Dinasti Umayyah setelahnya.

70 Perpustakaan Publik

Selain itu, diceritakan dalam artikel berjudul “Cordoba, European Jewel of the Middle Ages” yang dimuat di laman Muslim Heritage, bahwa di kota Cordoba terdapat sekitar 70 perpustakaan publik yang dibangun pada masa Khalifah Hakam II. Perpustakaan tersebut tersebar ke berbagai sudut kota, bahkan di dalam masjid-masjid, dan terbuka untuk umum atau siapa saja yang ingin membacanya.

Lebih dari itu, Cordoba menjadi pusat berkumpulnya para ahli bedah, arsitek dan pakar fesyen (pakaian). Para pemimpin Leon, Navarre atau Bercelona jika membutuhkan mereka maka akan mencarinya ke Cordoba. Kota ini juga menjadi pusat pendidikan etika (budi pekerti), sehingga pada masa itu banyak komunitas Kristen yang mengadopsi pola hidup komunitas muslim.

Pasukan Kristen Menyerang Cordoba

Seiring dengan melemahnya Dinasti Umayyah di Spanyol pasukan Kristen menyerang Semenanjung Iberia yang menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah dan menyulut terjadinya peristiwa besar Reconquista (penaklukan kembali). Dalam peristiwa tersebut Dinasti Umayyah kalah dalam pertempuran Covadonga di pegunungan Iberia dan tentara Kristen lalu mendirikan kepangeranan Kristen di Asturias.

Dinasti Umayyah yang kalah pun harus angkat kaki dari Spanyol. Cordoba dibawah pimpinan Ferdinand III memutuskan untuk mengambil alih masjid agung Cordoba dan mengembalikannya ke fungsi semula. Masjid agung Cordoba kembali menjadi gereja dengan Katedral Gotik yang dimasukkan ke bagian tengah gedung. Sekarang seluruh bangunan dipakai sebagai Katedral Biosese Cordoba di Spanyol.

Cordoba Kini

Steve Cohen dalam tulisannya berjudul “Cordoba’s Multicultural Beauty”(Keindahan Multikultural Cordoba) menceritakan bahwa Córdoba saat ini bukan salah satu kota terbesar di Spanyol, dan tidak mendapatkan publisitas yang cukup. Namun, selama kunjungannya belum lama ini ke negara itu, Córdoba terbukti merupakan kombinasi yang luar biasa dari minat sejarah, keindahan, dan kehidupan yang istimewa.

Berpenduduk 300.000 Jiwa

Lebih dari kota metropolitan Madrid dan Barcelona, ​​​​Córdoba yang berpenduduk 300.000 jiwa dan terletak 150 mil di utara Gibraltar dan Laut Mediterania ini adalah oasis kesenangan tanpa kemacetan kota besar.

Iklim Córdoba hangat; pohon palem dan jeruk terlihat di hampir setiap jalan. Tidak seperti Toledo dan Segovia, yang memiliki perbukitan yang curam, Córdoba relatif datar dan mudah untuk dilalui. Seville dan Granada pun berada di dekatnya.

Toleran terhadap Yahudi dan Kristen

Arsitektur Córdoba adalah produk khalifah Muslim yang memerintah selama berabad-abad dan toleran terhadap Yahudi dan Kristen, dan kita melihat bangunan yang menggabungkan desain dari ketiga budaya tersebut.

Landmark kota yang paling menonjol adalah Mezquita, sebuah bangunan indah yang melambangkan perubahan agama yang dialami Córdoba. Itu adalah masjid terbesar di dunia, meskipun sekarang menjadi rumah ibadah Katolik.

Arsitektur Islam yang Menakjubkan

Dibangun pada abad ke-8, Mezquita menampilkan arsitektur dan dekorasi Islami yang menakjubkan. Kolom interior menggabungkan bahan yang dikirim dari berbagai provinsi di Iberia, termasuk emas, perak, tembaga, gading, jasper, dan kayu wangi. Pemandangan pilar-pilar yang dihias menyerupai barisan pohon palem. Di antara kolom-kolom ini terdapat altar yang dihias dengan hiasan sangat indah.

Masih terdapat gerbang monumental yang megah bertahan, yang merupakan bagian dari tembok kota di Abad Pertengahan, dengan kolom bergalur dan pedimen melengkung. Berjalan-jalan di Cordoba pada hari yang cerah adalah sukacita. Pot bunga warna-warni dan kisi-kisi jendela dari besi tempa menghiasi hampir setiap bangunan kota.

 

Editor : Dezete

Sumber : YouTube Histoty Pen, tgl 21 Nov 2021 dan sumber lainnya.

 

 

About Dezete

Sebagai Pemimpin Redaksi berita.biz.id beliau merupakan seorang Jurnalis Senior. Beliau mengawali karir jurnalistiknya pada tahun 1995 di Majalah UMMAT Jakarta. Pernah menjadi Redaktur Pelaksana Tabloid AMANAT NASIONAL, Redaktur Majalah KOMODITAS. Kemudian, menjadi Redaktur Tabloid ABSOLUT dan menjadi Editor Freelance Penerbit PUSTAKA HIDAYAH. Juga pernah menjadi Editor majalah FORTUNE Indonesia, Kelompok Kompas Gramedia (KKG).

Check Also

7 Kota Dunia di Bawah Permukaan Laut

Beberapa kota besar di dunia ini diketahui berada pada ketinggian dibawah permukaan laut (DPL). Dengan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *