Seperti kota Busingen Jerman dan Kaliningrad Rusia, dua buah kota yang terpisah dari daratan utama negaranya, atau yang lebih dikenal dengan istilah enklave, yaitu daerah kantong atau daerah dalam wilayah suatu negara yang terkurung seluruhnya dalam wilayah suatu negara asing. Kali ini kita juga akan membahas sebuah wilayah yang hampir mirip dengan kota-kota tersebut, tetapi terletak di Indonesia.
Wilayah enklave di Indonesia ini yang akan kita bahas ini adalah wilayah distrik Oecusse Ambeno yang terletak di Pulau Timor. Distrik Oecusse Ambeno atau yang secara resmi disebut sebagai Daerah Administratif Khusus Oecusse Ambeno adalah sebuah wilayah enklave dari negara Timor Leste.
Kenapa Disebut Enklave?
Dikutip dari Wikipedia, Enklave merupakan istilah dalam geografi politik yang merujuk pada wilayah negara atau daerah dalam wilayah suatu negara, yang memiliki ciri “diskontinuitas teritorial”, yaitu wilayah tersebut terpisah dan/atau terkurung di wilayah negara lain.
Enklave atau daerah kantong adalah suatu negara atau daerah dalam wilayah suatu negara yang terkurung seluruhnya dalam wilayah suatu negara asing.
Karena seperti yang kita lihat pada peta, wilayah distrik Oecusse Ambeno merupakan wilayah Enklave yang terpisah dari daratan utama Timor Leste. Seperti yang ditampilkan pada peta, wilayah distrik Oecusse terletak di pantai utara barat Pulau Timor. Wilayahnya ini dipisahkan dari wilayah Timor Leste lainnya oleh wilayah Timor Barat, yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Enklave di Era Belanda
Sebenarnya dulu di Indonesia sendiri pernah terjadi daerah enklave yang sering dilakukan oleh Belanda untuk memecah belah bangsa. Perpecahan Kerajaan Mataram menjadi 4 kerajaan kecil membuat wilayah ini memiliki daerah enklave satu sama lain.
Dua daerah terkenal yang menjadi enklave adalah Kotagede (pusat kerajinan perak) dan Imogiri (tempat peristirahatan terakhir raja-raja Mataram). Dua daerah ini merupakan daerah milik Kasunanan Surakarta yang dikelilingi oleh Kasultanan Yogyakarta. Politik devide et impera membuat persaingan kebudayaan terjadi di dua daerah enklave tersebut.
Distrik Oecusse memiliki luas wilayah sekitar 813,6 km2, dimana hampir seluruh wilayahnya dikelilingi oleh wilayah Indonesia, kecuali di bagain utara yang berhadapan dengan Selat Ombai. Daratan wilayah ini secara langsung berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jika melalui jalur darat, jarak dari ujung paling timur Distrik Oecusse ke wilayah Timor Leste adalah sekitar 70 km.
Berbahasa Dawan
Data sensus penduduk tahun 2015 menyebutkan, Distrik Oecusse dihuni oleh 68.913 jiwa penduduk. Menariknya karena wilayahnya lebih dekat dengan wilayah Indonesia, kebanyakan penduduk Distrik Oecusse lebih fasih berbicara menggunakan bahasa Dawan sebagai bahasa sehari-hari mereka dibanding menggunakan bahasa Tetun, bahasa yang biasa digunakan di wilayah Timor Leste lainnya.
Suku Dawan sendiri merupakan suku asli dan suku terbesar di wilayah Timor Barat. Selain bahasa, budaya di Oeucusse juga lebih condong ke budaya NTT daripada ke budaya Timor Leste. Jika demikian, lantas kenapa wilayah Oecusse Ambeno malah masuk ke negara Timor Leste dan bukan masuk ke Indonesia?
Kembali ke Sejarah
Dikutip Topwarta.com dari video yang diunggah akun Youtube Invoice Indonesia, maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mundur ke belakang dan melihat kembali sejarah sebelum terbentuknya negara Indonesia dan Timor Leste.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa wilayah Indonesia dulunya adalah bekas jajahan Belanda, sedangkan Timor Leste adalah bekas jajahan Portugis. Dalam sejarahnya, sekitar abad ke-16 bangsa Portugis pertama kali mendarat di pulau Timor Leste di daerah Pante Makassar. Orang-orang Portugis mendirikan permukiman permanen pertama mereka di desa Alifao, atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama desa Lifau.
Ekspedisi Portugis & Penyerbuan Belanda
Mulai tahun 1642 ekspedisi militer yang dipimpin oleh Francisco Fernandes dari Portugis berlangsung. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk melemahkan kekuasaan raja-raja Timor, dan hasilnya ekspedisi ini berhasil memperluas pengaruh Portugis ke pedalaman wilayah Pulau Timor.
Di tahun 1651 Belanda menyerbu Kupang di ujung barat Pulau Timor dan berhasil menguasai separuh wilayahnya. Menanggapi pergerakan yang dilakukan oleh Belanda, pemerintah Portugis kemudian memindahkan pos perdagangan dan pusat kolonial mereka dari Flores ke Lifau. Pada era ini Lifau kemudian berfungsi sebagai pusat kegiatan kolonial Portugis.
Pada tahun 1702 Portugis secara resmi menyatakan bahwa Pulau Timor adalah bagian dari koloni Portugis dan mengubah namanya menjadi Timor Portugis, dengan Lifau sebagai ibukotanya. Namun klaim Portugis atas wilayah Timor ini tidak diakui oleh Belanda, mengingat bahwa Belanda juga memiliki pengaruh yang cukup besar di wilayah tersebut.
Perjanjian Lisbon
Perebutan kekuasaan antara Portugis dan Belanda atas Pulau Timor ini tetap berlangsung. Hingga akhirnya pada tahun 1859, melalui Perjanjian Lisbon, Belanda dan Portugis membagi wilayah Pulau Timor, dimana wilayah Timor Barat dikuasai oleh Belanda, dan wilayah Timor Timur menjadi milik Portugis.
Sementara itu khusus untuk wilayah Oecusse, meskipun wilayahnya ini berada di Timor Barat, Portugis tetap bersikeras untuk mempertahankannya. Karena wilayah ini adalah tempat dimana bangsa Portugis pertama kali mendarat di Pulau Timor. Portugis merasa bahwa wilayah ini yang pertama kali didudukinya harus tetap dikenang dan dipertahankan.
Perjanjian Den Haag
Garis-garis perbatasan definitif untuk wilayah Oecusse sendiri baru diselesaikan pada tahun 1916 melalui sebuah perjanjian yang dilakukan di Kota Den Haag Belanda. Terlepas dari pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, batas-batas definitif di wilayah ini masih tetap tidak berubah. Bahkan ketika terintegrasi sebagai bagian dari Indonesia, wilayah Oecusse ini tetap diadministrasikan sebagai bagian dari Provinsi Timor Timur, seperti halnya bagian dari Timor Portugis.
Selama menjadi bagian dari Indonesia, distrik enklave Oecusse Ambeno ini bernama Kabupaten Ambeno dengan ibukotanya bernama Pante Makassar. Setelah Timor Leste berdiri menjadi sebuah negara sendiri, wilayah ini pun masuk menjadi salah satu wilayahnya dengan nama Distrik Oecusse Ambeno.
Konstitusi Timor Leste 2022
Menurut konstitusi Timor Leste tahun 2002, wilayah Oecusse Ambeno diatur sebagai daerah dengan administratif khusus dan juga sebagai zona khusus ekonomi pasar sosial Timor Leste. Yang kemudian menjadikan daerah ini sebagai satu-satunya daerah administratif khusus di negara Timor Leste.
Karena wilayahnya yang terpisah dari daratan utama, warga Oecusse yang ingin berkunjung ke wilayah utama Timor Leste harus menggunakan paspor dikarenakan mereka akan melewati pos perbatasan dengan negara Indonesia. Sedangkan jika perjalanan mereka melalui jalur laut atau udara, penduduk Oecusse tidak perlu menggunakan paspor.
Editor : Dezete
Sumber : Youtube “Invoice Indonesia”