Volume produksi komoditas sorgum di seluruh dunia pada tahun 2020 lalu diperkirakan mencapai 57,61 juta ton. Sedangkan pada tahun 2011 volume produksi sorgum di 20 negara produsen utama masih 44,43 juta ton. Berarti terjadi peningkatan produksi sekitar 29,66% selama kurun waktu sembilan tahun, atau rata-rata tumbuh 3,30% per tahun. Karena itu perdagangan komoditas sorgum capai miliaran dolar AS.
Data FAO (The Food and Agriculture Organization) menyebutkan, ada sekitar 110 negara di dunia yang memproduksi sorgum. Sedangkan volume perdagangan sorgum global berfluktuasi sekitar 8-10 juta ton setiap tahunnya. Pada tahun 2012 terjadi kenaikan signifikan perdagangan sorgum akibat dari naiknya permintaan dari China.
Sorgum memiliki pasar sekitar 3% dibanding produk hasil serealia lainnya dan bersaing dengan jagung sebagai bahan pakan ternak. Pemanfaatan sorgum sebagian besar adalah untuk pakan ternak dan hanya 6% yang digunakan sebagai bahan pangan di negara-negara Afrika.
Sejak tahun 1980-an, sorgum mulai menjadi komoditas penting dan melonjak perdagangannya dari 3 juta ton pada tahun 1960 menjadi 12 juta ton pada 1980-an. Puncak perdagangannya terjadi pada tahun 1985, yakni mencapai 13 juta ton, kemudian berangsur turun dibawah 10 juta ton pada tahun 1990-an. Perdagangan sorgum saat ini berkisar antara 8 juta hingga 10 juta ton per tahun.
Eksportir Sorgum
Data tahun 2011 menyebutkan, meskipun India merupakan produsen komoditas sorgum terbesar di dunia, dengan volume produksi sebesar 7 juta ton pe tahun dan nilai produksi US$ 1,04 miliar. Disusul Nigeria di urutan kedua dengan volume produksi 6,90 juta ton dan nilai produksi US$ 0,88 miliar. Namun sebagai eksportir utama dunia adalah Amerika Serikat yang menduduki ranking pertama, dengan volume 3,36 juta ton dan nilai US$ 973,32 juta.
Kemudian disusul oleh Argentina, Perancis, China, dan Australia, sementara India hanya menduduki peringkat keenam. Hal ini terjadi karena permintaan sorgum India untuk memenuhi kebutuhan sendiri cukup besar sehingga sebagian besar produksi dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perancis menduduki peringkat ketiga eksportir sorgum dunia dengan volume 73,22 ribu ton dan nilai US$ 27,87, tidak termasuk 20 besar negara produsen utama sorgum dunia. Hal ini terjadi karena Perancis melakukan re-export sorgum yang diimpor dari negara lain. Selain sebagai eksportir, impor sorgum oleh Perancis cukup besar, mencapai 74,6 ribu ton dan berada pada posisi urutan ke-10 importir sorgum dunia.
Sebaliknya, China dan Australia konsisten sebagai produsen dan eksportir utama dunia, meskipun permintaan sorgum untuk kebutuhan dalam negeri China juga cukup tinggi.
Data FAO menunjukkan, total ekspor sorgum oleh 20 negara eksportir utama dunia (AS, Argentina, Perancis, China, Australia, India, Sudan, Ukraina, Kenya, Ethiopia, Jerman, Belanda, Hongaria, Spanyol, Mesir, Italia, Nikaragua, Rumania, Burkina Faso, dan Belgia) pada tahun 2011 mencapai 5,68 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,54 miliar.
Nilai ekspor per satuan yang mencerminkan harga ekspor cukup bervariasi antarnegara. Harga ekspor cukup tinggi terjadi di Hongaria, Mesir, Italia, India, dan Sudan, sementara di negara lain tergolong moderat. Harga ekspor sorgum yang tergolong murah adalah di Kenya dan Nikaragua. Tinggi rendahnya nilai per unit ekspor sorgum erat kaitannya dengan kuantitas.
Importir Sorgum
Importir utama sorgum dunia adalah Meksiko, disusul oleh Jepang, Chile, Colombia, Spanyol, Sudan, Taiwan, Belgia, Maroko dan Perancis. Indonesia dalam impor sorgum dunia tidak tercatat pada Statistik FAO karena sorgum belum menjadi bagian dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarkat secara luas dan penggunaan sorgum baru terbatas di beberapa sentra penghasil sorgum.
Total impor sorgum oleh 20 negara importir utama dunia (Meksiko, Jepang, Chile, Kolombia, Spanyol, Sudan, Taiwan, Belgia, Marokko, Perancis, Jerman, Peru, Israel, Kenya, Eritrea, Ethiopia, Chad, Italia, Selandia Baru, dan Somalia) pada tahun 2011 mencapai 6,45 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,78 miliar.
Importir Kawasan Asia
Menurut Nedmeran et al (2013), impor sorgum untuk kawasan Asia Tenggara meningkat sekitar 60% pada tahun 2020. Permintaan dunia juga cenderung mengalami peningkatan, misalnya Thailand dan Pakistan yang saat ini memasukkan sorgum ke negaranya. Bahkan negara maju seperti China juga menjadi pengimpor sorgum. Pada tahun 2010, China mengimpor lebih dari 10 juta ton sorgum.
Permintaan sorgum untuk Asia Tenggara mengambil persentase sekitar 18% dari total permintaan dunia. Oleh sebab itu, tanaman ini memiliki peran penting di wilayah regional ASEAN. Sedangkan berbicara skala yang lebih besar, yakni pasar Asia, permintaan sorgum mencapai 73%. Sebagian besar menuju ke daerah Asia Selatan dan sisanya terbagi ke Asia Timur dan Asia Tenggara,
Secara khusus, permintaan sorgum untuk pakan ternak di Asia Timur cukup besar dan mengalahkan Asia Selatan, Tiongkok, dan Asia Tenggara yang relatif kecil.
Ekspor Produk Olahan Sorgum Indonesia
Pada awal tahun 2022 Indonesia berhasil mengekspor produk olahan sorgum ke Timor Leste dan Malaysia senilai Rp 700 juta. Terdapat 10 jenis produk olahan sorgum yang diekspor, yaitu biscuit sorgum, keripik tempe sorgum, roll sorgum, puff sorgum, keciput sorgum, stik bawang sorgum, tepung sorgum, gula cair sorgum dalam kemasan botol dan saset, serta sendok dan garpu berbahan sorgum yang bisa dimakan.
Produk olahan sorgum tersebut diproduksi oleh CV Yant Sorghum di Desa Santong Mulia, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang merupakan binaan PT Astra International Tbk. Kementerian Perdagangan dan Astra International sejak Juli 2021 telah melakukan kerjasaman untuk membina sekitar 900 desa di seluruh Indonesia, dimana 100 desa diantaranya ditargetkan harus mampu mengeskpor secara mandiri dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Didi Sumedi, dalam keterangan resmi, pelepasan ekspor merupakan salah satu implementasi Kerja Sama Pengembangan Ekspor Produk Unggulan Desa dengan Astra International yang bertujuan meningkatkan kapasitas ekspor desa ke pasar global, salah satunya adalah produk olahan sorgum.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor olahan serealia Indonesia selama lima tahun terakhir (2016–2020) tumbuh dengan tren sebesar 12,16% per tahun. Pada periode Januari–November 2021, nilainya tercatat sebesar US$ 4,6 juta atau turun 10,75% dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Pasar ekspor utama olahan serealia Indonesia adalah Korea, Turki, India, Hong Kong, Taiwan, Timor Leste, Malaysia, Australia, Kanada, dan Arab Saudi.
“Kemendag akan berkoordinasi dengan perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri untuk membukakan akses pasar di 46 kota yang menjadi akreditasi dari Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center,” kata Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor Kemendag, Ni Made Ayu Marthini, seperti dikutip Katadata.
Permintaan Pasar Belum Bisa Dipenuhi
Menurut CEO/Founder Tambiyaku’s, M. Bayu Hermawan, potensi dan peluang pasar sorgum besar. Sebab, kini masih banyak produk berbahan baku impor, seperti tepung terigu. Sementara pasar di luar negeri juga dinilai masih sangat besar, terutama China. “Kami mendapat permintaan dari China 20 ton, sedangkan Malaysia juga sangat berminat dan meminta produk kami,” seperti dilansir Tabloid SinarTani.
Namun karena produksi masih terbatas, pihaknya belum bisa memenuhi permintaan tersebut. Karena itu, Tambiyaku’s saat ini lebih fokus memenuhi permintaan pasar dalam negeri dengan membuat berbagai produk pangan olahan. Diperkirakan total nilai market dalam negeri untuk makanan sehat mencapai US$ 2,1 miliar, pakan ternak US$ 14,4 miliar dan pupuk sekitar US$ 2,6 miliar.
Besarnya Neraca Perdagangan Sorgum
Perdagangan komoditas sorgum capai miliaran dolar AS, hal itu karena perdagangan sorgum sebagai bahan pangan kelima setelah gandum, padi, jagung, dan jelai ternyata cukup besar. Berdasarkan data FAO, pada tahun 2011 saja volume ekspor sorgum oleh 20 negara eksportir utama mencapai 5,68 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,54 miliar. Sedangkan volume impor pada tahun yang sama mencapai 6,45 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,78 miliar. Sementara Indonesia pada awal tahun 2022 sudah berhasil melakukan ekspor perdana produk olahan sorgum ke Timor Leste dan Malaysia dengan nilai ekspor sebesar Rp 700 juta. Total nilai market komoditas sorgum dalam negeri sendiri diperkirakan mencapai US$ 2,1 miliar untuk makanan sehat, US$ 14,4 miliar untuk pakan ternak dan US$ 2,6 miliar untuk pupuk. (dezete)
Hi I am so excited I found your webpage, I really found you by
mistake, while I was researching on Askjeeve for
something else, Anyhow I am here now and would just like to
say thanks a lot for a marvelous post and a all round exciting blog (I also love the
theme/design), I don’t have time to go through it all at the minute but I have
saved it and also added your RSS feeds, so when I have time I will be back to read much more, Please do keep
up the superb job.
my web blog :: local storage units